I Tjwan Ing Ajak Manusia Belajar Dari Alam
BISNIS INDONESIA - 6 Juli 2003
Rimbunnya pepohonan di sebuah hutan, sepertinya menjadi
atap yang memayungi ketentraman tujuh ekor monyet yang berkumpul dalam
satu keluarga. Empat ekor anak - anaknya, begitu tenang mencari makanan
di rerumputan. Sang Induk pun membiarkan keturunannya untuk belajar,
sekaligus memanfaatkan apa yang diberikan alam sebagai bekal untuk
mempertahankan hidupnya kelak.Keharmonisan keluarga monyet itu ditangkap oleh I Tjwan Ing dalam lukisan cat minyaknya berukuran 1,2m x 2m dengan judul Keluarga Harmonis. Alam memang menjadi objek pilihan Tjwan Ing untuk dituangkan dalam lukisannya yang naturalis ekspresionis.
"Dari alam kita bisa melihat keindahan ciptaan Tuhan", ujarnya memberi alasan. Dengan lukisan keluarga monyet, misalnya, pelukis yang lahir di Mojo Agung, Jawa Timur, 20 November 1941 ingin menyampaikan pesan, "Selama tidak diganggu, mereka bisa hidup harmonis. Kenapa manusia tidak bisa hidup seperti itu?"
Dalam Lukisan alam lainnya tentang kehidupan nelayan di pinggir pantai, si raja hutan yang muncul di semak-semak, atau indahnya bunga yang sedang mekar, Tjwan Ing sepertinya ingin membagi renungannya bahwa manusia bisa belajar dari alam dengan melihat fenomena di dalamnya.
Beberapa ekor kijang yang lari ketakutan dikejar oleh singa seperti dituangkan dalam lukisan berjudul Menjaga Populasi, bukanlah suatu gambaran yang kejam. Dari lukisan itu justru alam sedang menjalan fungsi keseimbangannya agar siklus kehidupan berjalan semestinya.
"Tuhan telah membuat siklus seperti itu agar kelestarian alam tetap juga. Tapi manusia yang justru lebih banyak merusak alam", tuturnya.
Dengan teknik goresan cat minyaknya yang keras pada objek lukisan, terutama latar belakangnya, Tjwan Ing adalah pelukis dengan gaya naturalis ekspresionis. Dia mengaku ekspresi dalam lukisannya itu merupakan bagian dari dirinya yang cukup keras.
Lahir dari keluarga seniman - orang tuanya adalah pembatik dan kakaknya yang bernama I Fantze juga seorang pelukis. Tjwan Ing melukis sejak kecil dan menjual lukisannya mulai SMA. Bakatnya semakin terasah ketika masuk jurusan arsitektur interior ITB dan lulus pada 1970.
Kematangan dalam melukis, dia rasakan setelah lulus dari ITB. Sebagai arsitek interior dia selalu membayangkan keharmonisan warna, saat lukisannya dipanjang di dalam ruangan supaya klop dengan barang-barang yang ada.
Selama menekuni profesinya, dia baru melakukan pameran bersama sebanyak dua kali di World Trade Center Jakarta (2001) dan Mercantile Executive Club Jakarta (2002). Bukan berarti tidak berminat menggelar pameran tunggal, tapi kebanyakan lukisannya langsung terjual begitu selesai dibuat.
Lukisannya kini banyak dipajang diperkantoran serta dikoleksi oleh para pengusaha dan pejabat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar