Minggu, 04 November 2012

Hidup di Hutan Rimba Belantara

Hidup di Hutan Rimba Belantara

Sumber gambar : http://akidsheart.com/
Bayangkan Anda hidup di hutan. Anda berperan sebagai seekor tupai yang hanya bisa meloncat dari pohon ke pohon. Ketika ada ular, Anda segera meloncat menyembunyikan diri. Jika sedang beruntung, Anda akan luput sebagai santapan si ular. Bayangkan seandainya Anda adalah seekor kelinci. Cantik, lucu, imut-imut dan menggemaskan. Namun ketika lewat seekor macan, Anda harus segera bergegas meloncat sejauh-jauhnya menyelamatkan diri. Jika sedang beruntung, anda juga bisa luput sebagai santap malam sang macan.
Coba bandingkan kehidupan di hutan dengan kehidupan saat ini. Fenomena yang kuat memakan yang lemah semakin marak terjadi. Ketika semua dilakukan atas dasar uang, yang terjadi adalah yang beruang (bukan nama hewan) memangsa yang tidak beruang. Celakanya, sistem kehidupan kita lambat laun makin dipaksa mengikuti adab kehutanan. Pendidikan berkualitas hanya dapat diikuti oleh mereka yang beruang. Kesehatan yang prima juga hanya bisa dinikmati tatkala beruang. Padahal kedua hal itu, pendidikan dan kesehatan, adalah fundamental bagi kemajuan sebuah bangsa. Profesi apapun jika dilakukan atas dasar UANG hanya akan menciptakan pola kerakusan dan kekarnivoraan yang semakin nyata.
Coba bayangkan seandainya semua orang melakukan profesinya tanpa didasari untuk mengejar uang. Guru mengajar dengan ikhlas, dengan tujuan hanya untuk mencerdaskan anak didik. Dokter mengobati dengan ikhlas, tidak terpengaruh oleh perusahaan farmasi yang memberikan iming-iming uang bonus obat. Tentara ikhlas menjaga dan mempertahankan kedaulatan NKRI, tanpa mempedulikan bisnis keamanan hiburan malam. Polisi setia menjaga keamanan dan ketertiban, tanpa mempedulikan besaran setoran dari uang tilang. Politikus yang ikhlas menyumbangkan pikiran dan ide-ide brilian untuk kemajuan peradaban bangsa, tanpa mempedulikan proyek apa yang akan dikorupsi beramai-ramai. PNS yang dengan ikhlas menjadi abdi masyarakat, tanpa memikirkan berapa “tips” yang mau dikutil.
Ketika semua dilakukan atas dasar keuangan yang maha kuasa, maka bisa dianalogikan seperti kita hidup di tengah rimba. Hukum yang berlaku adalah hukum rimba. Yang kuat silakan menindas yang lemah. Yang kuat akan berada di puncak piramida makanan. Yang lemah, siap-siap saja berada di bagian bawah dan terbawah dari piramida. Siap-siap untuk dimangsa kaum kasta di atas nya.
Ketika pendidikan hanya bisa dinikmati oleh segelintir orang saja, maka akan menciptakan gajah-gajah yang mempunyai taring macan. Ketika kesehatan hanya bisa dirasakan oleh orang-orang berduit saja, maka akan menciptakan macan-macan yang semakin gemuk. Lalu bagaimana nasib kancil, kelinci, kambing dan rusa? Semuanya hewan imut-imut yang berada di bagian dasar piramida makanan.
Coba bayangkan kita tidak hidup di hutan. Bayangkan kita hidup sebagai rerumputan. Semuanya hijau dan menyejukkan. Tidak ada rumput yang terlalu tinggi atau terlalu rendah. Semuanya memiliki kesempatan yang sama untuk tumbuh menjadi rumput yang sehat. Rumput yang tinggi akan melindungi rumput yang rendah. Rumput yang rendah akan membantu memperkuat akar rumput yang tinggi agar tidak patah ditiup angin.
Betapa damainya jika kita adalah rerumputan.

NYAMUK

NYAMUK
Allah menciptakan nyamuk sepertinya sebagai sindiran kepada kita. Pernahkah kita menelusuri jejak drama kehidupan nyamuk yang sangat mengharukan itu? Pernahkah kita mencoba simpati atau berempati betapa keras dan kasarnya kehidupan nyamuk, melebihi kerasnya kehidupan anak jalanan sekalipun..! ah betapa mengharukan sekali.
Lihatlah! Nyamuk itu diciptakan dengan nyali pemberani, lebih berani dari peserta uka-uka. Drama nyamuk dimulai dari ketika nyamuk merasa gelisah karena perutnya keroncongan. Nyamuk mendekati sasaran yang jauh lebih besar berjuta-juta kali lipat dari tubuhnya. Lewat sensornya ia meneropong bagian darah terbanyak. Meski kepakan sayapnya menimbulkan suara, tak ada pilihan untuk mundur. Perlahan hinggap mencoba menusukkan mulutnya, diantara debaran hidup dan mati. Ia mempertaruhkan nyawa untuk bisa makan.
Tidak pernah ada dalam kamus sejarah, nyamuk menikmati saat proses makan. Adakalanya ia akan dihantam dengan lima jari. Tak berhenti di situ, saat ia berhasil melarikan diri ia diburu tak hanya 5 jari tapi 10 jari. Mungkin sebaiknya kita mengalah menyadari kehebatannya dengan mengikhlaskan sepersekian mili dari darah kita. Tapi tidak…..! Sudah tangki penuh, kecepatan melambat tepukan mengejutkan menghacurkan tubuh mungilnya. Tengoklah tembok-tembok yang berwarna merah itu bukti dari dendam kesumat kita.
Nyamuk memang dramatis sekali. Betapa kita kalah dengan nyamuk. Kita bertopang dagu menunggu rezeki tidak berusaha menjemput rezeki. Kita tak berusaha menjadi mahasiswa prestatif, mahasiswa terbaik karena merasa keterbatasan finansial, sarana prasarana. Jangan-jangan kita tidak mampu bukan karena kita tidak mampu tapi karena kita bersu’udhon dengan diri kita. Kita ambil pelajaran nyamuk, jika nyamuk bisa senekat itu maka kita juga harus bisa nekat. Coba kita refleksikan, nyamuk saja mempertaruhkan nyawa untuk makan, pasti kita juga bisa berjuang dengan apa yang kita punyai untuk cita-cita atau tujuan kita.
KUPU-KUPU
Suatu ketika ada seorang kuli bangunan yang bekerja di pinggir sungai. Adzan dhuhur pun bergema, bergegas kuli ini untuk menunaikan sholat. Usai sholat, ia pun duduk istirahat di bawah pohon. Terik matahari membuatnya berniat untuk istirahat sejenak. Tiba-tiba saja perhatiannya tertuju pada benda yang membuatnya penasaran. Benda itu bergerak-gerak, dan muncul warna yang indah dengan belum sempurna. Oh ternyata itu kepompong!
Ditungguilah kupu-kupu yang hendak keluar. Kuli itu penasaran kupu apa gerangan yang akan keluar. Detik demi detik, menit demi menit membuat kuli bosan. Akhirnya ia memutuskan untuk menolong hewan mungil ini. ”Ah….akan kubantu kau kupu”, bisiknya dalam hati. Diambilnya pisau kecil dan ia buka kepompong itu. Alhasil kupu pun keluar dengan sempurna. Namun ada yang aneh, kupu itu tak pula terbang. Kuli mencoba menghalaunya, tak pula terbang. Hingga jenuh, akhirnya kuli itu kembali bekerja dengan beribu pertanyaan. ”Kenapa kupu itu tidak terbang?”
Sahabat, ternyata kupu-kupu keluar dari kepompongnya butuh waktu dan proses. Kupu-kupu akan terbang apa bila ia keluar dengan natural bukan cara instan dan bantuan. Ibarat kita pula, kesuksesan bukan diambil dengan cara pintas yang dianggap pantas. Tapi butuh pengorbanan, lelehan keringat serta derai air mata. Allah lebih tahu apa yang kita butuhkan, dan Dia akan memberi apa yang kita butuhkan bukan yang kita inginkan. Coba kita renungkan cerita berikut:
”Aku minta pada Allah setangkai bunga segar nan indah, tapi Dia berikan kaktus berduri. Aku minta pada Allah binatang mungil nan cantik, tapi Dia berikan ulat berbulu. Aku sedih, kecewa dan protes betapa tidak adilnya ini. Namun kemudian, kaktus itu berbunga indah, bahkan sangat indah. Ulat itupun tumbuh mejadi kupu kupu yang amat cantik. Itulah jalan Allah, indah pada waktunya. Allah tidak memberi apa yang kita inginkan tapi Dia memberikan apa yang kita butuhkan. Kadang kita kecewa, terluka, tapi jauh diatas segalanya, Dia sedang merajut yang terbaik untuk kehidupan kita.

Putusnya Mata Rantai Metamorfosis Pendidikan

Putusnya Mata Rantai Metamorfosis Pendidikan

OPINI | 22 June 2010 | 10:51 Dibaca: 200   Komentar: 2   1 Inspiratif

Gencarnya pemberitaan video porno yang dilakukan oleh selebritis membuat kebakaran jenggot beberapa pihak. Polisi, ahli IT, bahkan Presiden RI semua ikut berbicara mengenai tragedi tersebut. Pro kontra ada dimana-mana dan semua mengarah pada permasalahan yang sama. Ribuan orang mengunduh secara gratis, tetapi entah berapa juta yang menggandakan lewat salin-tempel, blue tooth atau terang-terangan sudah dalam format VCD. Korban berjatuhan, baik dari korban/pelaku video, pengedar, pembajak, pengunggah, pemilik warnet dan parahnya generasi muda ikut terlibat didalamnya. Realitanya banyak anak-anak yang nongkrong didepan layar tabung atau LCD, dan bermain di sungai sudah terlupakan sambil berkata “salamat datang dunia teknologi dan  selamat jalan masa lalu”.
Beberapa waktu yang lalu membaca sebuah artikel “97% siswa SMP pernah melihat film porno”. Sebuah anggka yang fantastis, walaupun masih diragukan kebenarannya, tetapi setidaknya bisa menjadi lampu suar tentang kondisi anak saat ini. Angka 97% untuk anak SMP, bagaimana dengan anak SD, atau mungkin anak SMU yang hampir 100%, apalagi mahasiswa yang sudah naik levelnya menjadi pemainnya. Sungguh fenomena yang bak gunung es di tengah lautan tropis, aneh tetapi nyata. Seberapa besar pendampingan pendidikan formal sekolah dangan non formal “keluarga” dalam membentengi generasi mudah saat ini salayaknya dipertanyakan.
Mempersiapkan anak-anak atau generasi muda bukanlah perkara yang mudah pada kondisi terpaan jaman yang susah ditebak. Budaya hedonisme seolah sudah mengakar kuat dan menjadi racun yang semakin hari semakin akut seolah tak ada antidot-nya. Pendidikan formal dan nonformal seolah hanya sebagai rutinitas belaka dan selanjutnya gemerlapnya dunia yang berperan. Berbagai cara dilakukan orang tua untuk memoles putra-putrinya menjadi penerusnya kelak dan menjadi anak yang bisa dibanggakan. Segala cara ditempuh untuk mencapai tujuannya, tetapi kadangkala menjadi bumerang bagi anak itu sendiri.
Mencoba sedikit belajar dari kisah-kisah jaman kerajaan dahulu, dimana seorang putra mahkota diharuskan “ngenger”, berguru antar pedepokan, belajar olah jiwa dan kanuragan, mengembara dipelosok-pelosok desa. Tujuan pendidikan ala Pangeran jaman dulu, setidaknya memberikan gambaranya nyata kondisi sebenarnya, dimana bekal olah jiwa dan kanuragan langsung bisa dipraktikan. Ngenger selama sekian waktu untuk menempa diri menjadi seorang calon raja dengan segala macam kesulitan dan rintangan, dan walhasil menjadi sesosok pemimpin yang mendekati sempurna. Metode seperti itu juga diterapkan dikerajaan Inggris dimana putra mahkota dikirim di wilayah konflik, perang dan bencana.
Menjadi pertanyaan saat ini adalah bagaimana dengan pangeran, putri atau putra mahkota dalam pendidikannya. Tidak usah berbicara tentang kerajaan dahulu, tetapi beberapa kalangan orang mampu sepertinya enggan belajar dari kisah nyata. Generasi muda sekarang seolah terlena dan dimanjakan oleh fasilitas dan teknologi. Tidak memunafikan perkembangan jaman, tetapi setidaknya ada dampak negatif atau sebuah ada mata rantai proses yang terpotong. Sistim “ngenger” ala pangeran seolah menjadi cerita legenda dan milik orang-orang tertentu saja, tetapi saat ini sudah era modern dan semua bisa dengan mudah diperoleh.

Sebuah contoh sederhana, disaat anak sekolah mendapat tugas dari gurunya membuat sebuah artikel. Dahulu semua berbondong-bondong menuju perpustakaan mencari literatur, buku, majalah, kliping bahkan harus memindai halam koran satu persatu. Sebuah proses panjang dan tidak efisien jika dilihat dari kacamata saat ini. Pada saat ini biarkan pustakawan menjadi penunggu ribuan koleksi buku dan saatnya berpindah di sebuah mall sambil makan, cari hot spot lalu dengan mesin pencari mencari topik artikel, salin lalu tempel setelah itu edit sedikit dan selesai. Sebuah proses yang tidak membutuhkan waktu lama dan hasilnya tidak kalah yang berburu diperpustakaan. Bila mencermati sepertinya ada beberapa mata rantai proses yang terputus dimana penekanan saat ini adalah pada proses hasil akhir, padahal pendidikan adalan pelajaran proses untuk hasil akhir.
Saat ini mungkin banyak anak sekolah yang selalu berkutat dengan buku ajar, internet, dan lembaran-lembaran teori. Menjadi pertanyaan saat ini adalah, puaskan mereka dengan teori yang menjejali otak mereka. Belajar sedikit dari para Pangeran tempo dulu adalah dengan cara turun ke lapangan langsung. Bolehlah sekali-kali mengajak anak main di desa-desa walau hanya sebatas melihat kerbau membajak sawah. Mungkin kerbau dan sawah adalah contoh sederhana, namun sekarang sangat susah menemukan simbiosis hewan dan petani tersebut. Mengajari anak dengan melhat langsung dunia nyata sepertinya bisa memberikan tetesan embun penyegar disaat ada dahaga teori diotak mereka.

Belajar dari alam mungkin menjadi solusi yang baik dalam dunia pendidikan. Sebuah iklan produk susu yang menggambarkan seorang Ibu yang membiarkan anaknya berhujan-hujan ria untuk melihat metamorfosis kupu-kupu. Sebuah tindakan nyata yang patut diacungi jempol buat sang Ibu dengan membiarkan anaknya belajar langsung dari alam. Perubahan telur, ulat, kepompong dan menjadi kupu-kupu indah layaknya sebuah metaformosis pendidikan yang menjadi idaman. Ada sebuah proses yang setahap demi setahap dan berakhir dalam keindahan. Biarkan anak belajar dari alam dan biarkan alam mengajari mereka tentang sebuah proses belajar agar menjadi kupuk-kupu yang indah.

belajar dari alam

belajar dari alam


Hariku terasa lelah akhir ini..banyak hal yang tak bisa ku tebak terjadi...
kadang merasa sangat terpuruk, hingga air mata tak bisa tertahan tuk tumpah.

hah...kadang apa yang terjadi tak sesuai inginku. Harusnya ku sadari itu. Sejak awal semuanya tak semudah yang dibayangkan.Aku kembali mencermati, tiap kehidupanku, tak ada sesempurna kusa-Nya.


Aku memandangi tiap matahari terbit dan tenggelam. Ia membuatku kagum, tanpa bicara, tanpa syarat, sinarnya tetap menghangatkan, sinarnya tetap menyinari. Cerahnya ia membuat semangat tiap kali menyapa... Ia pun tak sempurna, seperti aku. Kadang kala teriknya membuat semua gerah, panasnya terkadang membuat perasaan marah. Tapi demikian, tanpa mengeluh ia tetap menyinari keesokan harinya, memberi cahaya terangnya, memberi kehidupan kita semua.
Aku ingin seperti mentari, dengan cahaya tetap menyinari, menghangatkan, memberi kehidupan.

Alam memberiku berjuta pelajaran, tentang keindahannya, tentang kedamaiannya, tentang kespontanitasannya. Embun yang jatuh di pagi hari itu, membuat dunia sesejuk dinginnya. Bagai kristal berkilau yang alami. Tak perlu harga mahal untuk menikmati, keindahan dunia yang menjadi milik setiap mata yang memandang. Hijau ini juga mengajariku tentang kedamaian, aroma sejuk dan tenangnya air mengalir. Amarahku terobati dengan sejuknya aroma pepohonan di tiap tepi sungai itu.
Aku ingin indah, seperti bunga-bunga cantik yang tumbuh di tiap tangkai dedaunan itu. Ia cantik tanpa polesan, tanpa dibuat-buat. Ia pun tak perlu bersusah payah agar orang mengaguminya. Ia seperti memiliki kekuatan magic yang hebat, menyihir semua mata dengan indah alaminya.



Melihat alam ini membuatku sadar, tak ada yang sehebat diriNya. Seperti alam-alam yang bisu, seperti tiap isyarat yang penuh makna, mereka tak sempurna. Tapi mereka indah dengan sendirinya. Aku memang tak sempurna, tapi semua akan sempurna dengan seluruh syukur yang dipanjatkan, seluruh rasa terima kasih untuk Tuhanku tercinta.
Semoga alam selalu tersenyum, memberikan sejuta indah yang tiada tara.

Manusia Belajar Dari Alam

Zola Zolu Gallery
I Tjwan Ing Ajak Manusia Belajar Dari Alam
BISNIS INDONESIA - 6 Juli 2003
Rimbunnya pepohonan di sebuah hutan, sepertinya menjadi atap yang memayungi ketentraman tujuh ekor monyet yang berkumpul dalam satu keluarga. Empat ekor anak - anaknya, begitu tenang mencari makanan di rerumputan. Sang Induk pun membiarkan keturunannya untuk belajar, sekaligus memanfaatkan apa yang diberikan alam sebagai bekal untuk mempertahankan hidupnya kelak.

Keharmonisan keluarga monyet itu ditangkap oleh I Tjwan Ing dalam lukisan cat minyaknya berukuran 1,2m x 2m dengan judul Keluarga Harmonis. Alam memang menjadi objek pilihan Tjwan Ing untuk dituangkan dalam lukisannya yang naturalis ekspresionis.

"Dari alam kita bisa melihat keindahan ciptaan Tuhan", ujarnya memberi alasan. Dengan lukisan keluarga monyet, misalnya, pelukis yang lahir di Mojo Agung, Jawa Timur, 20 November 1941 ingin menyampaikan pesan, "Selama tidak diganggu, mereka bisa hidup harmonis. Kenapa manusia tidak bisa hidup seperti itu?"

Dalam Lukisan alam lainnya tentang kehidupan nelayan di pinggir pantai, si raja hutan yang muncul di semak-semak, atau indahnya bunga yang sedang mekar, Tjwan Ing sepertinya ingin membagi renungannya bahwa manusia bisa belajar dari alam dengan melihat fenomena di dalamnya.

Beberapa ekor kijang yang lari ketakutan dikejar oleh singa seperti dituangkan dalam lukisan berjudul Menjaga Populasi, bukanlah suatu gambaran yang kejam. Dari lukisan itu justru alam sedang menjalan fungsi keseimbangannya agar siklus kehidupan berjalan semestinya.

"Tuhan telah membuat siklus seperti itu agar kelestarian alam tetap juga. Tapi manusia yang justru lebih banyak merusak alam", tuturnya.

Dengan teknik goresan cat minyaknya yang keras pada objek lukisan, terutama latar belakangnya, Tjwan Ing adalah pelukis dengan gaya naturalis ekspresionis. Dia mengaku ekspresi dalam lukisannya itu merupakan bagian dari dirinya yang cukup keras.

Lahir dari keluarga seniman - orang tuanya adalah pembatik dan kakaknya yang bernama I Fantze juga seorang pelukis. Tjwan Ing melukis sejak kecil dan menjual lukisannya mulai SMA. Bakatnya semakin terasah ketika masuk jurusan arsitektur interior ITB dan lulus pada 1970.

Kematangan dalam melukis, dia rasakan setelah lulus dari ITB. Sebagai arsitek interior dia selalu membayangkan keharmonisan warna, saat lukisannya dipanjang di dalam ruangan supaya klop dengan barang-barang yang ada.

Selama menekuni profesinya, dia baru melakukan pameran bersama sebanyak dua kali di World Trade Center Jakarta (2001) dan Mercantile Executive Club Jakarta (2002). Bukan berarti tidak berminat menggelar pameran tunggal, tapi kebanyakan lukisannya langsung terjual begitu selesai dibuat.

Lukisannya kini banyak dipajang diperkantoran serta dikoleksi oleh para pengusaha dan pejabat

Belajar dari Musang

Belajar dari Musang

OPINI | 27 May 2010 | 00:29 Dibaca: 174   Komentar: 5   Nihil
Terkadang Belajar dari alam itu kita butuhkan, namun saat ini perasaan kepedulian dan belajar dari alam sudah dilupakan. Diri manusia ditempah menjadi seorang yang tidak lagi peduli dengan alam, Kita manusia menjadi serakah akan alam itu sendiri kita lupa apa fungsi alam itu untuk kehidupan diatas bumi yang kecil ini.
Nenek Moyang Kita dahulu amat menghargai lingkungan dan alam, mereka banyak belajar dari alam untuk tatanan kehidupan mereka, mereka hidup makmur dengan mengandalkan hasil hutan dan pertanian, alamnya terawat dengan baik karena ada kebijakan peraturan adat dan sangsi bagi yang melanggarnya. Namun kebijakan adat itu pudar seiring waktu pesatnya kemajuan dan masuknya budaya luar yang memporak porandakan moral dan adat istiadat bangsa ini.
Hutan dirambah habis-habisan, berganti dengan julang akasia dan julang kelapa sawit banyak satwa yang hilang, banyak kekayaan hayati musnah tak berbekas. Lestarikan alam hanyalah celoteh belaka dan omongan kosong, Peraturan dan kebijakan masalah perlindungan hutan tinggal peraturan dan kebijakan diatas kertas buram. Yang terpenting bagi bangsa dan pemerintahan pusat dan daerah adalah uang masuk dan mengabaikan kelestarian yang lebih mahal harganya dibandingkan uang. Namun semua itu telah terhapus dengan kilau emas dan uang, mata tertutup oleh lembaran merah yang menawan.
saat ini kita bisa kembali belajar dari alam, kita bisa meniru apa yang para binatang di hutan sana lakukan untuk menjaga kelestarian hutan, atau kita bisa belajar dari seekor musang yang kita anggap tidak berharga dan tidak sehoki emas dan rupiah, namun kita salah kita kalah dan kita alfa akan hal itu. Kita kalah akan kebijakan melindungi hutan dan alam ini, kita kalah tenar oleh seekor musang yang bisa menebar bibit pohon untuk menjaga keseimbangan alam, sedangkan kita hanya bisa merusak dan meluluh lantakan hutan dan alam yang dibangun oleh ratusan jenis tumbuhan dan binatang. Kita tidak peduli akan hasil kerja yang melelahkan itu dan kita tidak menghargai perjalan hidup mereka untuk menjaga kelestarian hutan sebagai rumah mereka dan kita adalah manusia yang sudah lupa sebagai apa kita diturunkan dibumi ini.
Tatanan adat untuk menjaga hutan sekarang menghilang, hutan adat sudah tidak diakui, hak masyarakat pelosok yang tinggal dihutan turun-temurun sudah tidak memiliki hak atas tanah leluhur mereka, kita orang kota menjual dan menyingkirkan mereka dari tanah lelurhur yang mereka diami ratusan tahun lamanya, dan kita orang kota membuang norma kemasyarakat kedalam lumpur ketamakan dan rakus. semua mementingkan harta kekayaan, semua tidak lagi memperhatikan tatanan alam yang membutuhkan tangan-tangan yang peduli akan kita manusia.
Belajar dari musang sangat membantu untuk melestarikan alam yang tersisa, kita bisa melihat sisi baik dari seekor musang, sisi baik yang patut kita tiru dan jangan meniru sisi jeleknya yang suka memangsa ayam dan anak-anaknya. meniru sisi baik sang musang akan membuat alam tetap hijau dan sejuk, bukan hijau dengan julang akasia dan kelapa sawit karena dua tumbuhan itu membuat udara semakin panas dan air semakin mengering.
Musang memakan buah dengan bijinya dan disebarkan kelantai hutan, kotoran yang bercampur biji pohon akan berkecambah dan mulai bertunas serta tumbuh subur tanpa cela. Tapi akankah usaha yang mereka lakukan itu akan berbuah indah, aku rasa tidak akan menjadi nyata karena usaha mereka dipatahkan oleh keserakahan manusia yang selalu kurang akan kekayaan dan harta.
Lestari alam ini akan memberikan kita keuntungan yang tidak ternilai, lestarinya hutan alam membuat masyarakat pedalaman akan hidup makmur dan satwa akan terus berkembang biak untuk menurunkan generasi-generasinya. Namun itu tidak ada dalam pikiran kita lagi karena kita merasa kurang dan kurang akan harta dan kekayaan. Hijau hutan alam akam membuat sejuk bumi ini dan kelestarian hutan berada ditangan kita yang ada saat ini. Mari bersama-sama untuk melestarikan lingkungan dan menjaga hijaunya hutan alam, dan mari kita sama-sama melestarikan hutan alam untuk generasi yang akan datang. Pertahankan hutan alam untuk kekayaan hayati yang amat menakjubkan.
salam lestari……
 
Siapa yang menilai tulisan ini?
KOMENTAR BERDASARKAN :

27 May 2010 08:14:20

melalui alamlah Tuhan memberikan kehidupan manusia dan makhluk lainnya dengan alam menyediakan udara yg segar air yg jernih makanan yg berasal dari darat maupun laut tapi apa yang sudah kita berikan kepada alam atau bumi ini kecuali merusak hutan, membuang sampah, membuang gas dan limbah beacun saja oleh sebab itu manusia te

Laporkan Komentar

0

Balas

27 May 2010 14:43:16

Tapi manusia sering banyak lupanya bang…walau diberikan peringatan berupa bencana namun tetep aja nga peduli

Laporkan Komentar

0

Balas

27 May 2010 14:23:42

musang menanam, manusia memanen….

Laporkan Komentar

0

Balas

27 May 2010 14:44:00

kalo sekedar memanen mah nga apa2 bu, ini dihancurkan dan dibinasahkan nah itu yang baru nga bener

Laporkan Komentar

0

Balas

29 May 2010 10:09:16

saya pernah nulis tentang hal yang sama, tapi dari sudut cerita satwa primata.
http://agungsmail.wordpress.com/2008/10/15/dibalik-kotoran/
klo tentang musang, dia sangat berperan penting sebagai seed dispersal tumbuhan semacam aren. Karena biji aren tidak bisa ditanam secara langsung. Jadi pada saat dicerna oleh si musang, dia mempercepat proses pematangan si biji.
Jadi keberadaan musang lebih spesifik dan berperan penting pada suatu jenis tumbuhan.

Sabtu, 03 November 2012

Excellent Communication Skills

Excellent Communication Skills

by Moh Qosim
Communication Skills In The Workplace
Communication Skills In The Workplace
Keterampilan komunikasi tidak hanya mengacu pada cara di mana kita berkomunikasi dengan orang lain. Tetapi meliputi banyak hal seperti cara bagaimana kita menanggapi lawan bicara kita, gerakan tubuh serta mimik muka, nada suara kita dan banyak hal lainnya.
Dan pentingnya keterampilan komunikasi tidak hanya terbatas pada dunia manajemen (pekerjaan), karena keterampilan komunikasi yang efektif saat ini diperlukan dalam setiap aspek kehidupan kita.
Namun, dalam artikel ini kita akan membahas pentingnya kemampuan komunikasi dalam dua bidang yaitu bisnis dan interaksi keseharian.
#1 Pentingnya komunikasi dalam bisnis.
Kita dapat mengukur pentingnya keterampilan komunikasi di sektor bisnis ketika kita melihat iklan lowongan pekerjaan. Ada sedikit kemungkinan bahwa Anda akan menemukan sebuah iklan yang tidak menyebutkan bahwa calon harus memiliki keterampilan komunikasi yang baik.
Mungkin ini adalah satu-satunya kriteria yang menciptakan dampak postive ketika seseorang pergi untuk wawancara kerja. Hal ini karena kualifikasi teknik yang digunakan cenderung lebih atau kurang sama oleh para kandidat.
Tanpa kemampuan komunikasi yang efektif, seseorang mungkin merasa mustahil untuk mendapatkan pekerjaan di sebuah perusahaan. Promosi datang kepada mereka yang dapat berkomunikasi secara efektif di semua tingkat, dari tingkat manajemen senior sampai karyawan.
#2 Komunikasi dalam interaksi sehari-hari.
Harus diingat bahwa mempertahankan hubungan yang baik adalah cara untuk gaya hidup yang sehat, dan hubungan yang baik hanya dapat dipertahankan dengan menjaga komunikasi yang baik pula.
Mereka adalah orang-orang kita tinggal bersama secara teratur. Mereka juga orang-orang yang melihat kita pada saat bahagia maupun kurang bahagia. Keterampilan komunikasi yang baik membantu untuk mengembangkan hubungan yang baik di kehidupan kita, dan memastikan bahwa argumen dan ketidaksepakatan diminimalisir.
Komunikasi yang baik akan menghindari pertengkaran dan penghinaan. Bagian penting lain dalam hubungan komunikasi adalah mengambil inisiatif sendiri. Jangan menunggu teman terbaik Anda untuk menghubungi Anda setelah lama istirahat.
Sebaliknya menerima telepon dan juga mengambil inisiatif untuk memulai percakapan. Sering kali orang memiliki masalah ini saat berkomunikasi, yang berasal dari rasa takut.
Mereka selalu berpikir seribu kali apakah untuk mendekati seseorang atau tidak. Tapi seseorang dengan keterampilan komunikasi yang baik selalu yang pertama untuk memulai percakapan.
Mengingat pentingnya keterampilan komunikasi baik dalam pribadi dan dunia usaha, setiap individu yang ingin membuat kemajuan dengan kehidupan mereka harus mengembangkan keterampilan penting ini.

Overview Soft Skills

Overview Soft Skills

By Moh Qosim
SoftSkills Training
SoftSkills Training
Keterampilan  kepribadian (personal skills) tidak diajarkan pada setiap kelas atau pembelajaran formal semesti biasa tetapi dari waktu ke waktu selalu berkembang.  Anda harus belajar apa yang mesti  dikerjakan dan yang tidak. Meningkatkan soft skill anda tidak hanya membantu dalam kehidupan professional anda tapi juga dalam kepribadian anda juga.
Selanjutnya kita akan membahas lebih dalam tentang soft skills dan bagaimana menggunakan untuk kepentingan anda.
…………………………………..
Komunikasi (communication)
Setiap hari ada cara melakukan komunikasi. Sebagai contoh berbagai macam bentuk transaksi bisnis seperti email atau percakapan antar individual merupakan bentuk dari  komunikasi. Oleh karena itu komunikasi sangat penting dalam kehidupan sehari-hari
Ketika di dalam ruangan, anda harus mengatur volume suara anda. Pastikan Anda berbicara dengan jelas. Mempertahankan kontak mata dan menghormati privasi orang lain. Anda tidak boleh menghukum karyawan lain di depan orang lain.
Jangan pernah menggangu pembicaraan orang lain, anda harus menunggu sampai mereka selesai dan kemudian membuat respons Anda. Bila Anda terus-menerus memotong pembicaraan seseorang maka mereka akan beranggapan bahwa Anda sedang memaksa atau kasar.
Komunikasi tertulis sangatlah penting anda harus memeriksa ejaan serta tatabahasa sebelum membuat memo maupun mengirim email. Tentunya anda tidak ingin memberikan dokumen yang masi terdapat kesalahan.
Bahasa Tubuh (Body  Language)
Perhatikan bahasa tubuh  anda karena cenderung memberikan pesan, baik positif maupun negatif. Duduk tegak dan tidak gelisah selama presentasi berlangsung. Jika anda berfikir positif maka bahasa tubuh anda harus mencermirkan demikian. Bahasa tubuh yang positif memberikan pesan keyakinan.
Pergerakan Tangan (Movement of Hands)
Batasi gerakan tangan anda karena gerakan yang berlebihan dapat menggangu. Gerakan tangan yang tidak perlu membuat audiens fokus pada tangan anda bukan apa yang sebenarnya anda katakan.
Kontak Mata (Eyes Contact)
Salah satu aturan terbaik adalah pertahankan kontak mata ketika anda berbicara dengan seseorang. Dengan melakukan ini anda memberitahukan kepada lawan bicara anda bahwa anda peduli tentang apa yang mereka katakana.
Menjaga Jarak kesopanan  (Maintain Proper Distance)
Ketika anda terlibat percakapan dengan seseorang jangan pernah menyinggung atau memasuki ruang kepribadian mereka. Jangan mendesak mereka selama pembicaraan, terutama terhadap lawan jenis.
Sikap (Attitude)
Anda ingin bersikap positif?. Positif bukan berarti kesombongan, melainkan pesona percaya diri.
Menerima Kritikan dengan Tenang (Take criticism in stride)
Bersyukurlah jika seseorang memberikan kritikan tentang diri anda dan jadikan kesempatan untuk memperbaiki sikap tersebut. Anda bisa belajar dari rekan-rekan anda tetapi jangan sampai bergantung pada mereka.  Semakin efektif  anda berkomunikasi maka anda berpeluang menjadi pimpinan dalam organisasi tersebut.
Anda tidak hanya harus menghormati manajemen tapi terhadap semua orang yang berinteraksi dengan anda. Ingatlah untuk tersenyum :-)   Senyum berdampak positif bagi siapapun
Cobalah mengembangkan keterampilan ini dan anda akan merasakan perubahan yang positif bagi diri anda.

Interdepensi Antara Manusia dan Alam

Peran Penting Alam

October 12, 2009 1 comment

Interdepensi Antara Manusia dan Alam

by : Moh Qosim

keindahan-alam
Alam Lestari
Alam (nature) satu kata yang sangat familiar buat kita, namun sedikit yang mengerti tentang Alam ini. Pada dasarnya manusia banyak belajar dari Alam tetapi kenapa kita seakan akan perlahan melupakan arti penting Alam sendiri, bukankah dari masa anak-anak kita diberi bimbingan dan arahan untuk mencintai Alam ini tapi seiring berjalannya waktu kita beranjak dewasa pesan kebajikan yang kita dapati dahulu sedikit kita perhatikan bahkan ada yang tidak menghiraukan.
____
Kita manusia adalah makhluk social yang memerlukan orang lain untuk berlangsungnya kehidupan tentunya kita tahu dan memahami maksud kalimat diatas tersebut, tetapi itu adalah teori klasik yang kita pelajari. Mari kita ubah mindset kita bahwa manusia memerlukan orang lain dan juga Alam untuk kelangsungan hidup ini.
Sehingga menjadi serangkaian kata
Manusia adalah makhluk social yang membutuhkan Alam dan juga manusia lainya (interdependensi)untuk berlangsung hidup
Pada artikel ini kita akan membahas pentingnya “ALAM” dimana kita hidup dan bergantung dengan Alam ciptaan tuhan ini.
Alam semesta  termasuk manusia, hewan juga tumbuhan semua adalah ciptaan tuhan dimana semua saling memerlukan (interdependensi) dan manusia sebagai ciptaan yang sempurna mempunyai tugas dimana siklus kehidupan harus terus berlangsung dan juga harus seimbang (balance).
Mulai sekarang, mari kita perhatikan Alam sekitar kita minimal lingkungan terdekat kita sendiri. Kita harus merubah diri kita sendiri terlebih dahulu dan menjaga Alam ini. Dan mulai berfikir bahwa kita lah yang memerlukanAlam, kita yang harus menjaga Alam serta mempersiapkan Alam ini untuk generasi penerus setelah kita nanti.
Ingatlah bahwa orang terdahulu selalu menjaga Alam untuk generasi penerusnya, maka kita yang hidup sebagai penerus mereka juga harus berfikir bagaimana Alam ini bisa dinikmati oleh penerus kita dimasa akan datang.
Banyak kita saksikan  exploitasi terhadap Alam berlebihan sehingga banyak bencana yang terjadi dan sebagian manusia beranggapan bahwa Alam sudah tidak ramah lagi terhadap manusia, buang jauh-jauh paradigma tersebut, kita lah yang harus ramah kepada Alam maka Alam indah ini akan ramah kepada manusia.
Factor-Factor Utama dalam Menjaga Alam
Mindset
Kita harus mempunyai mindset bagaimana kita mencintai Alam dan menjadi kesadaran utama untuk selalu menjaga Alam untuk kelangsungan hidup.
Tata Ruang / Tata Kota
Tata ruang atau tata kota inilah factor penting karena bersangkutan dengan tempat tinggal, kita harus bisa menata ruang agar tercapainya tujuan utama yaitu keseimbangan (balance) kita harus bias hidup bersama lingkungan, artinya infrastruktur yang rapi terorganisir dengan memerhatikan lingkungan sekitar.
Bukan lagi persaingan demi kepentingan pribadi maupun kelompok sehingga banyak bangunan yang dibangun hanya kepentingan dan kepentingan dan akhirnya lingkungan sekitarnya rusak dan tidak bertanggung jawab.
Bagaimana cara menata kota yang tidak jelas tata ruangnya?
Banyak cara yang dapat dilakukan jika kita ingin dan punya tekad yang kuat, bukankah garis itu berasal dari sebuah titik?
Ya memang benar dari sebuah titik, artimya jika kita ingin mencapai sesuatu yang besar haruslah terlebih dahulu dimulai dari hal kecil. Menata kota yang sudah tidak jelas tata ruangnya haruslah dimulai dari daerah-daerah tentunya dengan tata ruang yang baik yaitu memerhatikan lingkungnya, maka perlahan kota tersebut bias di tata ulang dengan baik.
Catatan:
Berfikirlah bahwa kita yang membutuhkan Alam untuk kelangsungan hidup kita dan jagalah Alam ini  untuk generasi penerus yang akan datang.

Kita Belajar Dari Kehidupan

Kita Belajar Dari Kehidupan


Dari angin kita belajar arah gerak
Dari arus air kita belajar kesabaran
Dari batu-batu kita belajar keteguhan
Dari karang yang dihajar ombak kita belajar ketegaran
Dari tanah kita belajar siklus kehidupan
Dari kupu-kupu kita belajar merubah diri

Dari hujan kita belajar memberi
Dari pelangi kita belajar menghargai
Dari matahari kita belajar tentang komitmen
dan dari bumi kita belajar tentang kesetiaan

Dari pohon kita belajar melindungi
Dari akar kita belajar menjaga
Dari rumah kita belajar tentang kebahagiaan
Dari diri kita sendiri kita belajar mengenali orang lain

Dari Padi kita belajar rendah hati
Dari Rasa Cinta kita belajar keindahan
Dari Rasa sedih kita belajar kegembiraan
Dari kerja kita belajar tentang kehormatan
Dan dari doa kita belajar merumuskan masalah

Tuhan sudah memberikan alam ini begitu banyak sebagai guru, tugas kitalah untuk memperhatikannya dan berpikir.

Saling menanam dan menuai berkah. Belajar dari alam

Saling menanam dan menuai berkah. Belajar dari alam

4 Komentar
Siapa menanam, ia yang menuai hasilnya. Sama saja sih dengan kita menanamkan kebaikan. Tangan Tuhan pasti akan sampai juga entah lewat siapa. Eh, ini cuma perumpamaan. Yang jelas banyak hal yang kita bisa pelajari dari alam ini tentang bagaimana mendapat reward atau menuai hasil. Gak percaya? Banyak binatang yang dianggap rendah atau tidak dipedulikan oleh manusia (yang katanya khalifah di muka bumi) justeru perilakunya memberi kearifan tentang hidup ini. Hehehe, terlalu filosofis ya…. Barangkali…. Tapi apa artinya semut-semut yang ada di pepohonan?
Semut-semut

“Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka.” (QS Sad : 27 )
Semut-semut tinggal di pucuk-pucuk pohon Macaranga dan terkena getahnya. Tetapi ini adalah getah yang memang diharap-harap sang semut sementara si Macaranga mendapat perlindungan dari semut terhadap para pemakan daun yang takut dengan semut. Jadi kedua pihak mendapat berkahnya. Macaranga mampu mempertahankan dirinya sebagai tumbuhan perintis, sementara semut-semut dapat hidup tenang dengan pasokan makanan yang teratur.
Masih ingat si pohon beringin yang seringkali dianggap angker itu? Keangkeran yang tak dipedulikan oleh berbagai satwa tetapi kedatangan para satwa yang menyukai buahnya ini sebenarnya menggambarkan suatu kerjasama yang baik. Buah beringin mengandung kalsium yang sangat tinggi, bahkan tiga kali lebih tinggi  dari buah jenis lain (baca di sini tentang Beringin dan kalsiumnya). Bayangkan, bahkan sebelum burung rangkong memberikan servisnya kepada si beringin dengan menyebarkan biji-biji beringin di pohon-pohon lain yang ditenggerinya, kandungan kalsiumnya sudah dapat diperolehnya. Itulah rewardnya, yang menjadikan rangkong kuat terbang dan telur-telurnya mendapat pasokan kalsium yang cukup dan menetas dengan baik.
Di malam yang kelam, para kelelawar terbang berseliweran. Kelelawar penyerbuk mampir ke bunga mangga, petai, atau durian untuk menyesap sedikit madu sambil menyediakan jasa membawa serbuk sari dan menyerbuki bunga di pohon yang lain. Sedikit madu memang kebutuhan hidup bagi kelelawar. Tetapi tanpa disadari, ada begitu besar kandungan gula yang ia serap begitu mudahnya.
Psychonotis piepersii on Asteraceae weed
Inilah suatu bentuk interaksi dan interaksi adalah salah satu proses ko-evolusi. Evolusi yang terjadi berbarengan antara dua pihak yang saling mempengaruhi. Antara bunga, burung, kupu-kupu, dan kelewar ada saling penyesuaian (baca di sini). Bunga-bunga yang dikunjungi kelelawar mungkin tak berwarna mencolok, tetapi berbau tajam, mekar di malam hari. Bentuk kepala si burung pijantung kecil (Arachnothera longirostra) dengan paruhnya yang melengkung dapat demikian tepatnya dengan bentuk bunga pisang yang tubular, sama seperti hummingbird dengan bunga Heliconia. Atau si kumpulan bunga soka yang juga berbentuk tubular dan sangat pas bagi belalai penghisap si kupu-kupu Papilio memnon, seperti bunga-bunga Asteraceae bagi si kupu-kupu mungil Psychonotis piepersii di rerumputan. Keduanya saling terkait, saling mempengaruhi, dan saling membutuhkan. Satu pihak tak ada, mungkin ada pihak lain yang mengisi ruang itu, tetapi mungkin pula terputus mata rantainya. Tak ubahnya dengan putusnya suatu rantai kebaikan………

Belajar dari Alam untuk Memotivasi

Belajar dari Alam untuk Memotivasi

REP | 21 January 2012 | 16:28 Dibaca: 348   Komentar: 4   1 menarik
13271380381148538841Jika anda merasa kehilangan motivasi dan merasa tidak ada gairah. Anda bisa mencoba membangkitkan kembali dengan cara menyaksikan dan merenungkan keindahan alam semesta yang telah diciptakan oleh Tuhan untuk kita semua.
Bukalah matamu, bangkitlah dari tidurmu, cobalah melangkah dan telusuri jalan dipagi hari. Nikmatilah sejuknya udara dan embun pagi sampai mentari menampakkan sinarnya meresap dan menghangatkan tubuh anda.
Terlalu sayang jika rumput bergoyang dan bunga-bumga menebarkan aroamanya kita biarkan begitu saja tanpa memperhatikannya. Sebagai manusia tiada salahnya jika kita mempelajari dan mengambil hikmah dari sesuatu yang tampak dimuka bumi ini sebagai salah satu ayat-ayat Allah yang mengajarkan kita dalam kehidupan.
Belajarlah dari kupu-kupu, yang awalnya adalah dari ulat yang menjijikkan. Namun lihatlah perubahan yang ia usahakan ia berubah menjadi kupu-kupu yang begitu cantik menghinggap dan melengkapi keindahan bunga-bunga ditama tempat kita menghilangkan penat.
Belajarlah pada nyamuk, yang ia selalu berani mengambil resiko meski nyawa menjadi taruhannya saat menghisap darah pada manusia, meski menjadi buruan dan santapan cicak-cicak didinding.
Belajarlah dari air, yang ia meski terbentur oleh batu-batu, pohon-pohon atau akar yang menghambat perjalanannya untuk menuju muara, namun tetap selalu teguh pendirian hingga mencapai muara atau laut tersebut. Iapun selalu meninggalkan bekas dan memberikan arti yang sangat bagi kelangsungan makhluk hidup dimuka bumi.
Belajarlah dari kura-kura, ia tidak pernah mengeluh meski kemana-mana selalu membawa beban berat (cangkangnya) dan ia tak mau berjalan mundur akan tetapi terus maju meski perlahan dan lamban nanum ia dengan pasti untuk menempuhnya.
Belajarlah dari lebah, yang ia ikhlas mencari makanan yang suci, ia tak mau sembarangan mencari makanan selain madu, saat hinggap dibunga manapun ia tak merusaknya . ia memiliki sengat bukan untuk menyakiti namun untuk membela diri.
Belajarlah pada burung, yang keluar dari sarangnya dan pulang dengan perut kenyang tapi tak jarang burung juga tidak mendapat makanan dan ia berpuasa meskipun burung lebih sering mengalami kekurangan makanan, karena ia tak punya kantor yang tetap seperti manusia. Apalagi kalau lahatempatnya telah punah dirusak oleh tangan manusia. Tetapi kita belum pernah melihat seekor burung berusaha untuk membunuh diri karena kesulitan alam menjalani hidup. Kita melihat bahwa burung tetap optimis akan hikmah yang dieikan oleh Tuhan. Meskipun lahannya punah oleh manusia dan merasa lapar, tetap saja burung berkicau dengan merdu setiap hari. Nampaknya sadar betul burung ini menyadari lika liku hidup ini terkadang diatas terkadang terhempas kebawah. Ada saat-saat berkelimpahan da ada waktu kekurangan, ada saat kekurangan dan ada saat kelaparan.
Belajarlah pada cacing, ia tak mempunyai sarana untuk mempertahankan diri ia lemah tak memiliki tanduk, tangan, sayap atau telinga. Tetapi tetap ia punya perut yang sama seperti manusia yang harus diisi, tetapi dalam keterbatasanya ia tak mudah putus asa. Ia melata dengan perutnya untuk terus mencari rezeki Tuhan yang telah disediakannya di bumi.
Sahabat pembaca, Tuhan telah menciptakan manusia dengan sempurtna karena diberi kelebihan yaitu akal dan sarana-sarana lainnya. Dalam kesempurnaan ini terkadang tingkah manusia lebih rendah dari pada binatang. Dengan demikian banyak anugrah yang telah iberikan oleh Than tetapi tetap saja manusia sering mengeluh dan putus asa.
Maka mulailah dari sekarang bangkitkan semangatmu, keluarkan obsesimu, raihlah segala mimpimu, berjuanglah untuk hidup yang lebih baik dan jangan sia-siakan kehidupan yang sangat singkat ini. Kita belajar dari apa saja termasuk dari alam semesta untuk merubah kehidupan kita menjadi lebih baik lagi. amin

Belajar Dari Alam

Belajar Dari Alam

Posted by Small Fingers pada Maret 8, 2008
Belajar Dari Alam
Mita Zoelandari
belajar-dari-alam1.jpgDari seekor semut anak dapat belajar banyak hal sekaligus. Tak hanya soal biologi dan ilmu serangga, tapi juga ilmu sosial seperti kerjasama dan gotong royong. Mengajak anak menikmati dan mengamati alam dapat menjadi ritual yang menyehatkan, menyenangkan, dan menambah pengetahuan mereka. Kebersamaan orangtua dan anak dapat dibangun saat berjalan-jalan di taman. Bersamaan dengan itu orangtua dapat membahas dan mengkaitkan banyak hal dengan benda-benda yang ada di taman, seperti bunga, rumput, pohon, serangga, burung, kolam, sungai, tong sampah, dan lainnya.
Menurut Winarini Wilman, PhD, psikolog dari UI, usia dua tahun merupakan fase pra-operasional anak untuk dapat memahami simbol, hubungan sebab akibat, bagaimana berempati dengan lingkungan, dan kesadaran kemampuan berpikir. Secara kognitif anak sudah bisa belajar apa pun dan menerima informasi secara konkret, termasuk belajar dari fenomena alam atau lingkungan sekitar.
Catur Nurrochman Oktavian, Kepala Sekolah sub preschool Sekolah Alam Ciganjur, Jakarta Selatan, memaparkan, konsep belajar dari alam adalah mengamati fenomena yang terjadi secara nyata di lingkungan. Dan juga memanfaatkan apa yang tersedia di alam sebagai media belajar. Pada usia balita, anak dapat mulai diperkenalkan konsep berhitung. Misalnya, saat bermain bioskopbioskopan, anak diminta mengumpulkan 10 buah batu untuk ditukarkan satu tiket. Atau anak diminta menghitung jumlah tanaman sesuai dengan klasi.kasi jenisnya. “Melalui media alam, anak belajar konsep berhitung terlebih dulu dengan menjumlahkan, lalu baru belajar mengenal angka dan bilangan,” ujarnya.
Belajar melalui pengalaman dan fenomena alam akan membuat kemampuan berpikir anak kian terangsang. Anak membayangkan kembali apa yang dilihatnya lalu mempertanyakannya. Misalnya, ketika diajak ke kebun binatang anak akan mengamati polah laku binatang, rasa ingin tahu anak terpancing, dan kemudian bertanya, ”Ma, kenapa kuda nil senang bermain air?” Wina menyarankan agar orangtua memiliki pengetahuan yang cukup juga mengenai fenomena alam sehingga dapat memberikan jawaban yang tepat. Jika belum dapat menjawab, coba cari jawabannya bersama si kecil.
Segala keanekaragaman dan bahan pembentuk alam tidak dapat digantikan dengan bahan buatan manusia seperti bunga plastik. Anak tidak dapat menghentikan sensor momen mereka ketika melihat fenomena alam seperti kilauan sinar matahari menembus dedaunan, titik air di daun saat pagi hari (embun), suara dan gerakan pohon ketika ditiup angin, beragam warna menempel pada sayap kupu-kupu atau bereksperimen dengan air. Kelihatannya mungkin sepele tapi tidak bagi anak yang menganggap itu hal baru dan ajaib.
‘Keanehan’ ini dapat mendorong anak lebih semangat mengenal alam. Maka, berikan anak stimulasi yang berbeda, misalnya jika minggu ini mengeksplorasi taman dekat rumah, pekan depannya menjelajah kebun binatang. Sebuah studi menunjukkan anak yang terbiasa bereksperimen melalui alam berkemampuan lebih cepat mengingat kembali informasi dan kreatif saat memecahkan masalah.
Cara Mengenalkan Alam
Wina mengatakan, ketertarikan anak tergantung pada bagaimana cara orangtua mengenalkannya pada alam. Diawali dengan mengajak anak berjalan di taman atau kebun binatang, tunjukkan beragam hewan, bunga atau apa yang ada di sana. Pada usia dua tahun, anak pun lebih mudah menerima informasi karena melihat langsung dibanding melihatnya di buku. Atau saat anak mempelajari tanaman jeruk, coba rangsang indera penglihatan, perabaan, dan penciuman. Seperti mencium wangi daun dan buah Jeruk serta mengecap rasa jeruk.
Hal yang tidak dapat anak pelajari di dalam ruangan, dapat anak dapatkan di luar ruangan. Anak belajar membuat kesimpulan tidak hanya berdasarkan informasi yang diterima dari guru. Alam kaya akan pengetahuan sehingga anak dapat menguji apa yang diterimanya di kelas. Terdapat tiga tahapan yang dapat dilakukan anak untuk memudahkan masuknya informasi, yaitu mendengar, menulis atau menggambar lalu melihat dan melakukan percobaan sendiri. Misalnya, belajar tentang tanaman pisang, anak bisa mengeksplorasi batang misal permukaan dan bentuk batang , buah atau daunnya. Kegiatan ini dapat dilakukan mulai umur 4 sampai 12 tahun.
Seiring perkembangannya, ajak anak melakukan observasi di lapangan misalnya mengamati, menyentuh atau meraba dan menganalisa. Misalnya, belajar mengenal bagian-bagian dari tumbuhan, misalnya daun, akar, batang, kelopak, dan sebagainya. Tak hanya itu, paparkan pada anak masing-masing fungsinya dan bentuknya yang beragam sehingga anak belajar mengenal apa yang ada di alam melalui semua inderanya. Anak punya cara yang unik dan eksperimental untuk mengenal dunia sebagai tempat indah, misterius dan ajaib. Sehingga lingkungan alam bisa berkaitan langsung dengan perkembangan anak dan caranya dengan perkembangan anak dan caranya mengeksplorasi sesuatu. Tumbuhan yang tumbuh di tanah, pasir dan air, merupakan sesuatu yang nyata dan bukan bohongan. Anak bisa belajar menanam pohon di tanah liat, tanah berpasir atau tanah dengan pupuk dan mengamati perkembangan pohon tersebut sehingga timbul kesimpulan, tanah mana yang cocok untuk menanam tumbuhan. Alam membuat anak berpikir lebih kreatif dengan mencoba sesuatu yang berbeda-beda.
Semakin kompleks dan beragamnya hal yang ditawarkan alam, maka anak bisa semakin tertantang dan lebih kompleks lagi mempelajarinya. Seperti, anak tertarik pada tumbuhan karena tumbuhan memiliki campuran warna, bentuk, tekstur, keharuman dan kelembutan yang membuat anak nyaman, misal bunga-bungaan. Hal ini juga membantu kesehatan emosinya. Saat mempelajari alam sebaiknya anak didampingi orang dewasa, misalnya orangtua atau guru. Tak cuma itu, orang dewasa tersebut juga diharapkan memiliki pandangan dan tindakan yang positif terhadap alam. Sehingga anak akan termotivasi untuk mencontoh, misalnya ketika Anda dan si kecil piknik bersama di Kebun Raya. Ketika selesai makan buanglah sampah pada tempatnya. “Sekali-kali ajak anak ke sungai yang dipenuhi sampah dan sungai yang bersih, minta dia menyimpulkan. Beritahukan juga, tersumbatnya aliran sungai dapat mengakibatkan banjir,” kata Catur.
Saat anak belajar di alam terbuka, kecelakaan mungkin bisa terjadi. Oleh sebab itu Wina mengingatkan, agar orangtua memperhitungkan kondisi medan penjelajahan anak sesuai dengan perkembangan anak. Sebaiknya orangtua mengobservasi lingkungan dulu. Pastikan tidak ada binatang yang berbahaya, misalnya ular. Atau benda-benda yang dapat membahayakan anak seperti terlalu banyak kerikil, bebatuan atau beling. Agar anak nyaman, beri pakaian yang mendukung aktivitasnya yang disesuaikan dengan cuaca, jangan terlalu ketat, dan bahan yang menyerap keringat. Pilih sepatu yang menutupi seluruh kaki dan nyaman dipakai. Sebelum berangkat menjelajah, ingatkan agar anak tidak sembarangan memegang atau memakan benda-benda di sekitarnya, karena ada daun atau bunga yang beracun.
Lingkungan luar ruangan ini juga penting bagi perkembangan pribadi anak, yaitu kemandirian. Anak belajar meningkatkan kewaspadaannya saat berkegiatan di alam terbuka. Mulanya Anda bisa membuntuti setiap gerak-geriknya. Namun, jika lingkungan sudah sangat dikenal dan anak dinilai mampu menjaga dirinya, Anda bisa melonggarkan pengawasan dengan mengamatinya. Catur mengamatinya. Catur berpendapat, salah satu kegiatan yang mewakili penjelajahan alam adalah Kegiatan outbound. Aktivitas ini menuntut keberanian anak, yaitu berani mengambil keputusan dan menghadapi risiko serta berdisiplin. “Cara lainnya orangtua juga bisa memberikan anak pengetahuan melalui . Film dokumenter atau buku, namun tetap dampingi dan beri penjelasan agar anak mengerti,” katanya.
Tujuan belajar dari alam agar anak belajar mengenal, dan menyayangi lingkungan sekitarnya dan ciptaan Tuhan lainnya. Misalnya, ketika anak belajar memelihara ikan hias banyak hal yang dapat dipelajari seperti mengapa ikan bisa berenang, dan berikan kasih sayang ketika memberi makan atau membersihkan akuarium. Anak juga akan belajar disiplin dengan memberi makan binatang kesayangannya tepat waktu. “Tumbuhkan rasa peduli terhadap mahkluk ciptaan Tuhan, diharapkan kelak anak akan ‘berguna’ bagi lingkungan ekosistem alam,” ujar Wina.
Menurut Randy White dan Vicki Stoecklin dalam artikelnya Children’s Outdoor Play and Learning Environments: Returning to Nature, pandangan anak terhadap alam berbeda dengan orang dewasa yang menganggap alam sebagai fasilitas. Anak mempelajari lingkungan alam sebagai stimulator dan bagian dari aktivitasnya. Selain itu, anak menilai lingkungan bukan berdasarkan keindahan melainkan bagaimana mereka dapat berinteraksi di dalamnya.
Hal-hal yang dapat diobservasi oleh anak di lingkungan alam, antara lain:
Air, buat permainan dengan air seperti bagaimana jika balon diisi air, atau jika air dituangkan pada wadah bentuk bulat, kotak, dan sebagainya.
Tumbuh-tumbuhan, seperti pohon, semak-semak, bunga, dan rerumputan.
Hewan, menjelaskan bentuk, perilaku, dan habitat hewan.
Pasir, coba buat campuran pasir dengan air. Lalu buatlah istana pasir atau bentuk lainnya.
Warna alam, tunjukkan warna daun yang serupa (hijau muda dan hijau tua) juga perbedaan warna (daun berwarna hijau dengan daun berwarna merah tua atau cokelat pada tumbuhan tertentu.
Memperlihatkan tempat yang membuat anak merasa nyaman dan dapat melihat pemandangan indah, seperti pergi ke puncak pass di Bogor atau berhiking ria di Gunung Bromo.
Struktur, peralatan dan material dapat berubah sewaktu-waktu atau tergantung imajinasi anak. Misalnya, saat belajar tentang kaktus, lakukan penelitian kecil-kecilan, kaktus yang diberi banyak air dengan kaktus yang jarang disiram.
Dalam artikel Interaction with Nature during the Middle Years: It’s Importance in Children’s Development & Nature’s Future, Cohen dan Horn-Wingerg, mengatakan, dalam psikologi evolusioner manusia terdapat istilah biophilia. Biophilia adalah kebutuhan biologis manusia berinteraksi dengan alam dan respon positif manusia secara genetis dengan alam.
Penelitian membuktikan sepanjang sejarah manusia lebih dari 99 persen manusia hidup intim dengan alam, yaitu mencari makanan di hutan. “Namun, umumnya program pendidikan sekolah alam, mengajarkan alam berdasarkan pandangan atau pendekatan orang dewasa bukan perspektif anak,” kata Cohen. Seharusnya anak belajar lebih banyak otodidak dibanding teori semata.
Alhasil jika konsep abstrak diajarkan pada anak usia terlalu dini seperti kerusakan hutan, atau lubang ozon di atmosfer. Anak akan bingung bahkan takut jika mendapat permasalahan di luar kemampuan kognitif, pemahaman dan kontrolnya. Kebalikan dari biophilia, ketakutan pada kehidupan alam dan masalah ekologi disebut dengan biophobia. Anak pun takut berhubungan dengan alam. Sebaiknya berikan anak penjelasan teori sesuai dengan kemampuan anak dan diimbangi dengan praktek. Ketika anak mengeksplorasi alam otomatis akan menimbulkan kecintaannnya pada alam.

Jumat, 02 November 2012

Belajar Dari Semut

Belajar Dari Semut

OPINI | 27 April 2010 | 09:51 Dibaca: 113   Komentar: 2   Nihil
agan pasti tahu binatang yang satu ini

yup semut yang selalu berkeliaran di kamar kita… mencari remah2 makanan yang bertebaran…
Hari ini satu hal baru gw pelajari lagi dari alam disekitar gw. Ga perlu jauh-jauh dari kamar gw yang berantakan sehancur TPA (Tempat Pembuangan Anak)
Dulu, sebelum gw sadar kalo “semutpun ingin bertahan hidup” gw selalu bunuh2in semua semut yang memporak porandakan kamar gw… Gw semprot semuanya dengan H*T anti nyamuk dan kecoa yang ternyata berhasil dan ampuh juga untuk membunuh semut dan kroni2nya… tapi apa yang terjadi…??? semut2 itu ga pernaha da habisnya… selalu datang pasukan baru yang berkeliling mencari makan di kamar gw…
Suatu waktu, gw sempetin melihat hasil kekejaman gw… halis penghancuran pasukan semut dengan senjata kimia… Mayat2 bergelimpangan… tapi yang aneh, ada seekor semut yang dengan terseok2 tetap berusaha pulang… *sedih…* gw jadi ngerasa “kok gw kejem banget yah…??? mereka kan cuman cari makan…” dan lebih keren lagi, beberapa menit kemudian seaakana ada alat komunikasi nan canggih diantara mereka, “Tim Evakuasi” datang… mengangkut semua korban perang kembali kesarang mereka…
Semenjak saat itu, ane ga pernah lagi kejam pada binatang2 yang ane liat… Kecoa pun yang dulunya biasa ane injek2in sekarang bisa lari bebas dari gw kalo ketemu karena gw pikir “Mereka hanya berusaha untuk bertahan hidup” jadi gw ga boleh nyalahin mereka kalo mereka bertebaran di rumah ane…
Pagi tadi, setelah mandi gw liat lagi pasukan semut yang sedang berjibaku “membersihkan” sisa nasi goreng yang gw makan semalam… gw jd sadar satu hal… semut2 itu ada karena gw yang jorok… karena gw ga membersihkan kamar gw secara rutin… Itu sebabnya kenapa semut2 ini selalu berdatangan… yah seperti biasa… gw biarin mereka bekerja… memberi makan pada anak2 dan sang ratunya… tiba-tiba terbersit di fikiran gw… Mungkin ini juga yang jadi alasan kenapa korupsi di Negara yang saya cintai ini ga pernah bisa hilang… Gw analogikan begini… Anggaplah sang semut ini adalah para koruptor-koruptor yang ada di Indonesia…
Mereka selalu berusaha mencari “Sisa-sisa makanan” yang berceceran… kenapa ada banyak “sisa makanan”…??? karena masyarakatnya *kalo dalam lingkup kamar, bisa dianalogikan sebagai diri gw sendiri* selalu “memberikan” mereka kesempatan untuk mengambilnya… Contoh paling sederhana… Saat kita di tilang di jalan raya karena kesalahamn kita *contoh paling baru=ga mau memakai helm standard*, kita selalu berusaha untuk “mempermudah” urusannya… sampai dianggap “berdamai” adalah hal yang lazim… tapi kenapa kita selaku masyarakat selalu menyalahkan “Aparat”…??? padahal kita sendiri yang memberikan mereka “sisa makanan”…
lalu bergaunglah gerakan anti korupsi… Berharap semua koruptor dihukum mati layaknya di RRC… tapi apa tindakan itu sukses…??? ternyata tidak… di RRC sendiri setelah mereka menerapkan hukuman mati bagi para koruptor, dengan lebih dari 1000 orang yang dihukum *CMIIW*, RRC tetap masuk dalam list 10 negara terkorup di asia *gw lupa urutan ke berapa*… sama halnya dengan semut… kita bunuh pasukan pertama, pasukan berikutnya pasti datang lagi… selama kamar kita masih kotor, mereka akan terus ada dan mengganggu pemandangan…
Jadi initinya, jika ingin suatu perubahan di negara kita, mulailah dari diri kita sendiri… Bersihkan Negara kita dari “sampah” mulai dari diri kita masing-masing … maap kalau sudah menyita waktu agan-agan sekalian dengan tulisan yang ga jelas ini… hanya ingin berbagi cara pandang… thx… Alexadjust@2010